TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BAGAIMANA seorang M Nazaruddin yang sudah menjadi buron sejak akhir Mei 2011 akhirnya bisa diringkus di Kota Cartagena, Kolombia, Minggu (7/8/2011) lalu? Ternyata keberadaan mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat itu terlacak karena kecerobohannya melakukan wawancara live di televisi menggunakan voice over internet protocool (VoIP). Berikut ini liku-likunya.
ROY Suryo, praktisi telematika yang juga anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, tak terlihat suprise ketika muncul berita penangkapan Nazaruddin di kawasan wisata Cartagena. Betapa tidak, beberapa hari sebelum sang buron diringkus polisi negara di Amerika Latin itu, Roy sudah mendapat kepastian tim pelacak Polri dapat mengendus keberadaan tersangka kasus korupsi itu.
Wajar saja karena pria asal Yogyakarta tersebut masuk dalam tim perburuan Nazaruddin karena keahliannya soal dunia maya. Ia memang tidak melakukan operasi di lapangan, namun aktif memberi arahan kepada tim lapangan, terutama terkait hasil pelacakan melalui dunia maya.
"Ya saya dimintai bantuan menjadi bagian dari tim khusus meski tak secara langsung inforce. Saya diminta bantuan memberi supervisi dan arahan kepada satuan di lapangan," ujar Roy Suryo kepada Tribunnews, Selasa (9/8/2011).
Roy lalu merinci awal kerja tim melakukan operasi penangkapan Nazaruddin. Roy mengakui, Polri sempat kesulitan melacak keberadaan Nazar sejak dugaan keberadaannya di Singapura terbantahkan oleh pernyataan pemerintah Singapura.
Pelacakan BlackBerry Massanger (BBM) yang menjadi media bagi Nazar untuk gembar-gembor ke berbagai media menjadi petunjuk yang sulit dikembangkan. Prosedur dari Research in Motion (RIM), pengelola BBM, yang cenderung berbelit menjadi kendala utama.
"Kalaupun terlacak, bukan posisi Nazar melainkan hanya timeline (urutan waktu) BBM yang dilakukan Nazar," jelas Roy. Namun titik terang mulai muncul saat intensitas kemunculan Nazaruddin di media massa melalui sejumlah sambungan telepon mulai meninggi.
Dari berbagai analisis, tim khusus Polri mengetahui Nazaruddin tidak menggunakan clear channel yang mudah dilacak. "Nazaruddin tidak blunder. Ia tahu dan berusaha melindungi diri dengan memilih saluran yang dinilai aman, yaitu VoIP. Tapi pilihan itu justru jadi celah buat tim khusus mengungkap keberadaan sang buron," jelas Roy.
VoIP yang dipilih Nazar sebagai saran berkomunikasi dengan media massa memang cenderung aman. VoIP memiliki karakteristik tak bisa dilacak begitu obrolan berakhir. (Bersambung)
Kamis, 11 Agustus 2011
Home »
HUKUM
»
Laporan Wartawan Tribunnews.com Hasiolan Eko P Gultom
0 komentar:
Posting Komentar